Sabtu, 15 Juni 2013

Pengusaha migas lebih tertarik eksplorasi di Indonesia barat


Indonesia timur adalah sumber kekayaan minyak dan gas masa depan Indonesia. Namun kendala infrastruktur dan tingginya risiko menggarap kawasan ini membuat para investor berpikir berkali lipat. Pemerintah pun harus memiliki terobosan agar penanam modal melirik Indonesia timur di tengah keterbatasan infrastruktur.

"Ini agak menurun. Yang saat ini masih laku blok kecil-kecil di Indonesia barat. Hal ini karena risiko besar, tapi dapatnya juga akan besar," Kepala Divisi Eksplorasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Nugrahani Pudyo.

Berikut penuturan Nuning, sapaan akrabnya, kepada Alwan Ridha Ramdani dari merdeka.com Jumat pekan lalu saat ditemui di kantornya, Jakarta.

Bagaimana dengan kawasan di Indonesia Timur yang eksplorasinya sangat lambat? Dan kenapa lebih banyak asing menggarap?

Memang untuk Indonesia timur, orang menjadi ragu karena satu sumur bisa mengeluarkan dana eksplorasi sampai USD 200 juta dan itu bisa hilang. Kita harus bilang kepada masyarakat SKK Migas bukan proasing. Asing-asing itu adalah investor dan mereka mengeluarkan uang sendiri.

Investasi migas tidak menggunakan dana APBN. Mereka, para (investor) asing itu, investasi sekian ratus juta dolar dan akan hilang atau tidak kembali bila tidak menemukan hidrokarbon ekonomis untuk dikembangkan. Ini juga harus diingat. Nanti diganti oleh cost recovery atau sunk cost, itu adalah pengembalian biaya operasi. Jadi bukan berarti kita pro kepada asing.

Investor masih tertarik investasi di Indonesia timur?

Ini agak menurun, saat ini masih laku blok kecil-kecil di Indonesia barat. Hal ini karena risiko besar, tapi dapatnya juga akan besar.

Berapa dana sudah digelontorkan?

Sejak 2002 sampai 2012, total biaya investasi sudah dikeluarkan oleh para investor tidak dapat dikembalikan karena eksplorasi gagal dan wilayah kerjanya dikembalikan kepada pemerintah adalah lebih dari USD 1,327 juta.

Selain itu, ketiadaan infrastruktur di Indonesia timur serta wilayah laut dalam juga memperlambat pengembangan temuan eksplorasi. Sebagai contoh, lapangan Abadi Inpex Masela itu ditemukan oleh pengeboran sumur eksplorasi pertama pada 2001 dan baru akan berproduksi pertama kali pada 2018.

Keadaan ini berbeda dengan di Indonesia barat di mana waktu antara temuan eksplorasi sampai dengan berproduksi memerlukan lima tahun saja bahkan bisa satu tahun bila dilakukan POP (put on production) untuk temuan sumur eksplorasi dekat dengan fasilitas produksi sudah ada.

Meski Indonesia timur memerlukan investasi biaya dan teknologi tinggi karena umumnya di laut dalam, kita tetap berupaya mendorong investasi di sana karena sumber dayanya besar. Lapangan Tangguh BP dan Lapangan Abadi Inpex Masela secara porto folio jangka panjang adalah investasi menguntungkan dan dapat menutup biaya eksplorasi telah dilakukan selama 10-20 tahun di Indonesia timur.

Apakah untuk percepatan eksplorasi di Indonesia timur ada percepatan dengan membangun hub untuk pengadaan barang?

Kalau dalam hal operasional bisa pakai dimana-mana. Untuk pengadaan kita sudah pakai kluster seperti itu. Misalnya untuk rig sudah pakai sistem wilayah. Nanti kita ada optimalisasi dengan orang pengadaan. Kita fasilitasi itu untuk pengadaan per wilyah.

Ini mempercepat?

Ini sudah dilakukan. Tapi pertama kita harus jual blok di Indonesia timur dengan paket lebih menarik dari sisi penyediaan data, penyediaan dana lewat petroleum fund, dan mempersiapkan sistem perizinan satu atap.

Adakah stimulus kebijakan perlu diberikan pada perusahaan migas?

Mereka punya kewajiban dalam komitmen pasti. Kalau stimulus dimaksud adalah insentif, memang belum ada sampai sekarang karena itu tugas pemerintah. Kalau tugas kami mengawasi pelaksanaan dari kontrak itu. Begitu kontrak ditandatangani, mereka punya komitmen pasti. Nanti kita mengawasi pelaksanaannya sembari kita mengawasi dengan lebih detail supaya meningkatkan keberhasilannya. Itu kami lakukan sehari-hari dalam mengawal kegiatan eksplorasi migas.

Menurut pendapat kami, stimulus perlu diberikan, khususnya pada perusahaan migas beroperasi di wilayah perbatasan. Pada pertemuan IPA (Asosiasi Perusahaan Minyak Indonesia), presiden telah menyebutkan perlunya insentif eksplorasi, khususnya untuk eksplorasi di laut dalam. Ini perlu kita sambut baik. Mudah-mudahan saja implementasinya kita dapatkan dalam waktu dekat.
 
Sumber :
http://www.merdeka.com/khas/pengusaha-migas-lebih-tertarik-eksplorasi-di-indonesia-barat-wawancara-nugrahani-pudyo-3.html

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon