![]() |
Kenaikan BBM. ©2013 Merdeka.com/imam buhori |
Perbankan berharap, ketatnya likuiditas hanya terjadi hingga
pengumuman kenaikan harga BBM bersubsidi. Direktur Utama Bank Mandiri
Budi Gunadi Sadikin mengatakan, berdasarkan pengalaman kenaikan harga
BBM bersubsidi pada 2005 dan 2008, ketatnya likuiditas perbankan hanya
terjadi pada saat pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Pengalaman kita 2005 kan (BBM bersubsidi) naik 2 kali, 2008 kan naik
sekali, itu keadaan seperti ini hanya sampai pada saat pengumuman.
Begitu pengumuman, langsung exchange rate membaik, inflasi juga mulai
terealisasi jadi gak naik lagi, termasuk likuiditas juga mulai cair.
Jadi kita berdoa moga-moga keputusan cepat keluar," tutur Budi di
Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta, Rabu (19/6).
Budi mengaku, saat ini likuiditas perbankan sedang ketat. Diakuinya,
Mandiri cukup beruntung karena memiliki ekstra likuiditas. Sehingga bisa
lebih tenang menghadapi ketatnya likuiditas perbankan.
"Kita punya masih di bawah 85 persen LDR (loan to deposit ratio/
rasio pinjaman terhadap simpanan), tapi kesulitannya adalah LDR
perbankan itu sudah naik tinggi. Kalau krisis 98-99 kan (LDR) masih 25
persen, sekarang itu sudah sekitar 85-86 persen," ungkap Budi.
Secara historis, ketatnya likuiditas perbankan akibat pengaruh
kenaikan harga BBM bersubsidi puncaknya pada saat pemerintah mengumumkan
harga baru untuk BBM.
"Kita kan ada data 2005 sama 2008, itu kejadian ini hanya temporer
saja kok, dan peak-nya dimana? Peak-nya adalah pada saat pengumuman,
ketika pengumuman sudah ada, ekspektasinya sudah terealisasi, semua
indikator keuangannya itu membaik," tutur Budi.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kondisi perekonomian dan
likuiditas perbankan akan membaik dalam kurun waktu antara 2 hingga 3
kuartal.
"Kalau kita lihat histori 2005/2008 antara 2 kuartal sampai 3
kuartal, sekarang indikasi kan gini semua, itu turun sampe ke normal
kalau kita lihat 2005/2008 itu 2-3 kuartal. Balik lagi ke awal dan itu
terjadi pada peak-nya, pada saat dia nol. Catatan, peak-nya kita itu gak
seburuk 2005/2008, 2008 yang saya ingat itu inflasi dari 9 persen ke 12
persen, kita kan sekarang ya paling dari 5,5 persen paling
hitung-hitungan kita sih 6 persen lah, sampai 6,25 persen. Jadi gak
setinggi yang dulu," tutur Budi.
Dengan perbandingan kondisi demikian, Budi melihat, imbas dari
kenaikan harga BBM bersubsidi tahun ini tidak akan lebih kuat dibanding
2008. "Jadi harusnya sih dampaknya ke masyarakat kalau dimata kami
harusnya lebih jinak (tame), lebih lunak dibanding 2008. Dulu kita bisa
survive apalagi sekarang," katanya.
Sumber :
http://www.merdeka.com/uang/bankir-desak-pemerintah-segera-umumkan-kenaikan-harga-bbm.html
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon