Minggu, 23 Juni 2013

Curhat sopir angkot setelah kenaikan harga BBM subsidi

Tarif Angkutan Umum
Kenaikan harga BBM subsidi dinilai cukup memberatkan masyarakat kelas bawah di Indonesia. Salah satu sopir angkutan kota (angkot) yang beroperasi di wilayah Bandung, Jawa Barat, Bowo (42) mulai mengeluh turunnya pendapatan akibat biaya operasional yang meningkat.

"Setoran sih belum naik, tapi pendapatan berkurang," kata Bowo kepada merdeka.com di Bandung, Jawa Barat, Minggu (23/6).

Bowo bercerita, Biasanya dia bisa membawa pulang sekitar Rp 150.000 per hari dari mengoperasikan angkutan kota sebanyak 4 sampai 5 kali putaran trayek (rit). Untuk satu rit, Bowo biasa menghabiskan 3 liter bensin atau sekitar Rp 15.000 dengan harga bensin Rp 4.500.

Sekarang, dengan harga bensin Rp 6.500 per liter, Bowo harus merogoh kocek lebih dalam, sekitar Rp 20.000 untuk satu rit. "Biasa pendapatan saya Rp 150.000, sekarang jadi Rp 100.000. Satu rit 3 liter. Saya biasa 4-5 rit. Itu sudah berapa sekarang," tutur Bowo.
Dengan demikian, dia terpaksa menaikkan tarif angkutan hingga 30 persen untuk menutupi biaya operasional yang sudah membengkak. "30 persen naik, biasanya Bandung-Cimindi itu Rp 3.000 jadi Rp 4.000. Penumpang sudah ngerti kali yah, bensin sudah naik," ungkap Bowo.

Bowo yang sudah menjadi supir angkutan sejak tahun 1992 ini mengaku termasuk dalam golongan masyarakat yang tidak berhak mendapatkan kompensasi berupa BLSM dari pemerintah. Bowo merasa hal tersebut wajar karena dirinya masih sanggup mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Saya kan gak dapat. BLSM kan buat orang yang gak mampu. Ya kalau masih mampu, masih bisa punya pendapatan, ya masa mau sih? Ya ada juga yang mampu tapi masih mau nerima (BLSM), saya juga heran. Gak setuju BLSM kan cuma berapa bulan. Mendingan BLSM gak ada, soalnya nanti ke depannya malah menyengsarakan," ungkap Bowo.

Kendati enggan menerima BLSM, Bowo mengaku, masa-masa menjelang Idul Fitri dan masuk sekolah merupakan masa-masa yang cukup berat untuk dihadapi. "Sekarang kan menghadapi lebaran dan anak sekolah, gak tahu gimana ini. Saya punya anak 2, satu masuk SMP, yang kecil masuk SD. Coba biaya berapa," ungkap Bowo.

Pendapatan Bowo terbantu oleh Istrinya yang memiliki warung klontong. Bersama istrinya, Bowo mengaku beban biaya hidup bisa ditanggung bersama. "Istri jualan kecil-kecilan. Ya kalau diri sini (menjadi supir angkot) semua ya gak cukup. Jualan klontongan, seperti kopi, minuman gelas itu. Harga (jualan di warung klontongan) jelas naik. Biasa jual Rp 500 jadi Rp 700," tutup Bowo.

Sumber :
http://www.merdeka.com/uang/curhat-sopir-angkot-setelah-kenaikan-harga-bbm-subsidi.html

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)