Orang sering berekspresi gembira ketika menyatakan Pemilu 2009
berlangsung demokratis dan liberal. Parameternya adalah pemilu
berkebebasan dan berbasis individu.
Kegembiraan di atas sebagai
ungkapan rasa syukur karena negeri ini telah keluar dari rezim
otoriter tentu boleh-boleh saja. Namun, jika pemikiran berhenti di
situ, pemilu yang dihasilkan tidak akan seperti pemilu
demokratis-liberal yang diharapkan. Bisa saja pemilu tersebut ternyata
berpenyakit.
Pemilu yang anarkistis
Pada
Pemilu 2009, kebebasan mewarnai kontestasi. Kasus-kasus intimidasi
dan pemaksaan yang sebelumnya kental terlihat pada pemilu era Orde Baru
tidak muncul secara signifikan.
Adapun individualisme terlihat
dari diterapkannya sistem proporsional terbuka dengan suara terbanyak
sebagai penentu kemenangan. Dengan sistem ini, upaya seorang individu
caleg merupakan penentu kemenangan. Persaingan antarindividu pun bahkan
terjadi dalam parpol.
Namun, apakah dengan dua hal itu cukup untuk menilai pemilu dengan gembira?
Liberalisme
hanya bisa hidup dengan sehat jika terdapat satu prasyarat. Prasyarat
itu adalah keadilan. Seharusnya kebebasan dalam liberalisme adalah
kebebasan yang berlangsung dalam atmosfer keadilan.
Setidaknya
terdapat empat hal yang membuat Pemilu 2009 tidak berkeadilan. Pertama,
Pemilu 2009 ditandai dengan kekacauan masif daftar pemilih tetap.
Karena masifnya kekacauan, terdapat dugaan bahwa hal ini disengaja
untuk menguntungkan partai penguasa.
Kekacauan berawal dari data
kependudukan yang buruk. Celakanya, Komisi Pemilihan Umum (KPU)
tidak melakukan pemutakhiran secara baik.
Kedua, Pemilu 2009
ditandai dengan jorjorannya para caleg membelanjakan dana untuk
kampanye. Hal ini bisa terjadi karena pengeluaran dana kampanye
individu caleg tidak diatur dalam undang-undang. Hanya partai politik
yang diwajibkan melaporkan dana kampanyenya. Padahal, lokus kontestasi
telah berpindah dari parpol menjadi individu. Politik menjadi liar.
Ketiga,
Pemilu 2009 diwarnai penyalahgunaan alokasi anggaran negara. Ketika
itu diluncurkan program-program prorakyat yang kemudian disinyalir tak
lebih sebagai upaya menjaring simpati publik. Di tingkat kementerian,
banyak program kementerian yang difokuskan untuk membantu penduduk di
daerah pemilihan sang menteri yang mencalonkan diri menjadi anggota
legislatif.
Keempat, Pemilu 2009 diwarnai kekacauan pengolahan
data. Sistem berbasis teknologi informasi gagal total. Pengolahan data
kacau balau. Saking kacaunya, terdapat seorang caleg yang mendapatkan
suara melebihi jumlah pemilih di seluruh Indonesia.
Setidaknya
empat hal itu membuat Pemilu 2009 tidak berkeadilan. Dengan tidak
terpenuhinya prasyarat keadilan, sulit bagi kita untuk mengategorikan
Pemilu 2009 ke dalam pemilu demokratis-liberal.
Pemilu tersebut
adalah pemilu yang anarkistis. Anarkisme yang dikira sebagai
demokratis-liberal itu telah menghasilkan kepemimpinan Republik yang
dipenuhi para bedebah. Mereka, para bedebah, tidak memedulikan negara
dan rakyat. Para bedebah itu sibuk memperkaya diri dengan uang haram,
bermegah-megah dalam lumpur penuh kotoran.
Keutamaan
Apakah
Pemilu 2014 akan lebih baik? Atau mengulangi pemilu sebelumnya sebagai
pemilu anarkistis yang menjadi pintu masuk bagi banyak bedebah?
Penyelenggara
pemilu, dalam hal ini KPU dan Bawaslu, berperan signifikan dalam
perbaikan kualitas pemilu. Syaratnya, kedua lembaga penguasa dalam rezim
pemilu ini harus mampu menunjukkan keutamaan.
Bagaimana agar
KPU dan Bawaslu mampu menunjukkan keutamaan, terutama keutamaan
keadilan. Kualitas komisionernya adalah penentu apakah penyelenggara
pemilu akan mampu menunjukkan keutamaan keadilan. Penyelenggara pemilu
yang berkeutamaan tidak hanya memerankan diri sebagai petugas
administratif.
Komisioner KPU dan Bawaslu yang berkeutamaan
tidak hanya melaksanakan tahapan pemilu secara prosedural, tetapi juga
dengan memperhatikan kualitas dan integritas. Prinsip seperti keadilan
dan kejujuran menjadi pegangan.
Mencermati langkah dan kebijakan
penyelenggara pemilu, terutama KPU, tampaknya tidak mengutamakan
terciptanya keadilan, apalagi kejujuran. KPU terlihat hanya berisi
orang-orang berketerampilan.
Terampil dalam menerima pendaftaran
partai politik dan daftar caleg tanpa berupaya melakukan seleksi
dengan lebih baik. Selain itu, belum terdengar dilakukannya
pemutakhiran daftar pemilih. Mereka juga terlihat enggan membuat aturan
penyelenggaraan yang akan menjadi landasan terciptanya keadilan dalam
kampanye.
Selain itu, KPU tertutup bagi peran serta aktif
masyarakat. Soal Sistem Informasi Data Pemilih misalnya, KPU terkesan
menutup rapat. Tidak seorang pun, bahkan mungkin Bawaslu, memiliki
akses terhadap sistem IT baru KPU ini. KPU sejak awal tahapan menutup
diri dari akses publik. Konsultasi publik pun hanya basa-basi politik.
Ketertutupan ini mencurigakan.
Cegah para bedebah
Saat
penerimaan daftar caleg sekarang ini, seharusnya menjadi saat menutup
celah bagi para bedebah. Saat diketahui adanya partai yang tidak
sepenuhnya memenuhi syarat keterwakilan perempuan, adanya caleg yang
tidak menyertakan seluruh persyaratan, adanya daftar caleg ganda seperti
dilansir Formappi, adanya caleg yang terkait masalah hukum, dan kasus
lain merupakan saat di mana seharusnya KPU menunjukkan keutamaan.
Saat
ini juga merupakan saat bagi KPU mengeluarkan aturan kampanye yang
menjamin keadilan, saat bagi KPU memutakhirkan daftar pemilih, dan saat
dimulainya penegakan aturan, termasuk aturan yang melarang pejabat
menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pemenangan pemilu sehingga
para bedebah akan tercegah.
Tulisan ini adalah peringatan dini,
jangan sampai bangsa ini dua kali terperosok pada kondisi pemilu
anarkistis. Kuncinya ada pada langkah dan kebijakan penyelenggara
pemilu, terutama KPU. Saat-saat digelarnya sejumlah tahapan pemilu,
jangan sampai menjadi saat karpet merah bagi para bedebah.
Sumber :
http://nasional.kompas.com/read/2013/06/03/10294074/Karpet.Merah.bagi.Koruptor
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon