Senin, 17 Juni 2013

6 Kekurangan PRJ tandingan di Monas


Konsep Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang dijalankan pemerintahan DKI Jakarta selama ini dinilai Gubernur Joko Widodo sudah melenceng dari ciri khasnya. Menurut pria yang akrab disapa Jokowi ini, harusnya kegiatan yang diadakan untuk meramaikan ulang tahun Jakarta dijadikan lebih merakyat.

Jokowi menilai, PT JIExpo memanfaatkan kegiatan tersebut untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Bagaimana tidak, pekan raya yang harusnya diisi pameran seni budaya malah dijadikan jual beli barang bermerek dengan harga yang masih relatif mahal.

Jokowi memutuskan menggelar Pekan Produk Kreatif Daerah (PPKD) sebagai PRJ tandingan di kawasan Kompleks Tugu Monumen Nasional (Monas). Kenapa Monas, karena Jokowi menilai kawasan ini lebih merakyat untuk seluruh lapisan masyarakat Jakarta dan aksesnya mudah dijangkau. Konsep yang ditawarkan Jokowi, selain diramaikan acara kesenian dan kebudayaan daerah dari seluruh nusantara, PRJ nantinya akan diisi berbagai pameran produk kreatif hasil industri rumahan yang dilakukan para pelaku usaha mikro.

Selain itu, biaya sewa stan akan dibuat lebih murah, tidak sampai jutaan seperti diterapkan JIExpo. Intinya, Jokowi tidak ingin acara untuk rakyat Jakarta ini malah merugikan warga baik yang berjualan maupun pembeli. Bahkan pengunjung hanya ditarik bayaran sebesar Rp 2.000 untuk masuk. Tetapi setelah tiga hari (14-16 Juni) berlangsung terlihat beberapa kekurangan dari PRJ tandingan.

Berikut 6 kekurangan PRJ tandingan di Monas

1. Kurang tempat sampah

Jelang penutupan Pekan Produk Kreatif Daerah (PPKD) yang digelar di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, pengunjung membludak. Tampaknya, panitia PRJ tandingan ini kurang mengantisipasi lonjakan pengunjung dengan tempat pembuangan sampah yang tersedia.

Akibatnya, sampah berserakan di sekitar lokasi. "Enggak ada tempat sampah mungkin jadinya pada buang sampah sembarangan," kata salah satu pengunjung, Yuni, kepada merdeka.com, Minggu (16/6).

Menurut Yuni, panitia harusnya sudah mengantisipasi segala kemungkinan. Dia mengatakan, pemandangan Monas yang indah menjadi kotor oleh sampah dan jarang ada petugas yang membersihkan. "Harusnya memang disediakan tong sampah yang banyak terus juga ada ditulis dilarang buang sampah sembarangan," ujar Yuni.

2. Lahan parkir terbatas

Pekan Produk Kreatif Daerah (PPKD) yang digelar sejak Jumat (14/6) lalu menarik animo warga ibukota untuk menikmati acara yang akan menjadi embrio PRJ ala Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Saking ramainya, puluhan mobil malah parkir di balai kota atau tempat Jokowi ngantor yang berada tidak jauh dari Monas.

"Dari jam 9 pagi tadi mobil sudah mulai masuk. Karena petugas kepolisian menginstruksikan seperti itu," ujar salah seorang Pamdal balai kota, Bambang Irawan kepada Wartawan di Balai Kota, Minggu (16/6).

Bambang mengatakan awalnya tidak mengizinkan balai kota dijadikan tempat parkir. Tetapi membludaknya kendaraan di lapangan IRTI Monas, mengakibatkan puluhan mobil terpaksa diparkir di balai kota. "Di Monas sudah tidak tertampung dan pimpinan sudah mengizinkan," ucapnya.

Dia mengatakan masyarakat sudah melihat instruksi Jokowi lewat Youtube mengenai lahan balai kota diizinkan sebagai tempat parkir PPKD. Oleh sebab itu, dirinya bersama Pamdal tidak berani melarang masyarakat. "Masyarakat yang parkir di sini katanya sudah lihat Youtube bahwa masyarakat boleh parkir di balai kota," tegasnya.

Soal biaya tarif parkir, menurut Bambang dirinya tidak ada tarif khusus. Namun, banyak masyarakat yang memberikan uang parkir seikhlasnya. "Kita gak ngasih tarif parkir. Tapi banyak yang ngasih uang parkir sukarela seperti Rp 1.000 hingga Rp 2.000," tandasnya.

3. Ruang pameran sempit

Acara Pekan Produk Kreatif Daerah (PPKD) 2013 berlangsung secara meriah dengan semarak parade beduk, marawis, tarian, model busana batik dan stan pameran lainnya. Namun demikian, sebagian pengunjung acara ini mengaku kecewa dengan suasana di lokasi. Pasalnya, tenda stan-stan pameran hanya berukuran kecil hanya seluas 15 x 20 meter.

Pantauan di lokasi, tampak sejumlah pengunjung merasa kegerahan ketika memasuki ruang pameran tersebut. Tidak ada alat pendingin seperti kipas angin atau AC sama sekali. Hanya 3 atau 4 titik saja yang dipasang. Itu pun tak sebanding dengan jumlah pengunjung.

Selain itu, panitia pameran seperti tidak mempersiapkan acara dengan rapi dan kurang persiapan. Pintu masuk menuju stan-stan pameran yang di bawah tenda hanya terdapat satu pintu masuk dengan lebar 1,5 meter. Hal itu mempersulit para pengunjung yang ingin memasuki ruang pameran stan-stan atau pun yang akan keluar. Akibatnya, antara pengunjung saling bertabrakan dan antre panjang.

"Masak pintunya hanya satu dan kecil, kita desak-desakan. Kasihan yang bawa anak. Kita tabrakan antara yang mau masuk dan keluar," ujar Eva (35) salah satu pengunjung dari Cakung, Jakarta Timur, Jumat (14/6).

Menurut Eva, seharusnya ruangan pameran yang berisi stan-stan lebih diperluas. Selain suasana udaranya panas, untuk melihat stan satu dengan lainnya juga sangat sempit. "Sehingga desak-desakan. Masak sempit banget," terang Selamet seraya mengusap keringat.

Bukan hanya Eva yang mengaku kecewa dengan pameran PRJ tandingan ala Jokowi- Ahok ini. Selamet (45) warga Jakarta Utara pun mengatakan hal serupa. "Udaranya panas, harusnya banyak dipasang kipas angin dan AC. APBD Jakarta aja triliunan, huh," ketus Selamet.

Bukan hanya pengunjung, para penjaga stan di dalam ruangan pun juga mengipas-ngipaskan tangannya dengan lembaran koran yang dipegangnya. "Iya ini panas banget, masak Pak Jokowi-Ahok membuat PRJ tandingan seperti ini," kata Nia, salah satu penjaga stan.

4. Kurang toilet

Ratusan warga Jakarta meluangkan waktunya untuk menyerbu Pekan Raya Jakarta (PRJ) 'tandingan' ala Jokowi-Ahok yang digelar dan dibuka di Lapangan Monas. Selain suasana ramai dan tingginya antusias warga, namun sejumlah pengunjung mengaku kecewa.

Tak hanya suasana panas dan ruang pameran yang sempit, pengunjung juga kesulitan untuk mendapatkan akses mendapatkan kamar kecil atau toilet. Salah satunya adalah penuturan warga Jakarta Barat, Siti Romlah (42). "Kita sudah muter-muter cari toilet susah banget. Tidak ada petunjuknya, tidak ada panitia pengarahnya," ujar Siti di lokasi.

Siti yang mengajak rombongan keluarganya ini mengaku kecewa dengan sulitnya akses mencari toilet. "Katanya di dekat panggung ada, tapi saya cari enggak ketemu. Gimana sih Pak Jokowi ini, masak enggak disediain," katanya dengan kesal.

Bukan hanya Siti, Nugroho yang merupakan mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Jakarta ini juga merasakan hal yang sama. Seharusnya fasilitas toilet lebih diperhatikan lagi. "Seharusnya panitia bersama dinas kebersihan berkoordinasi dengan baik. Kalau seperti ini membuat pengunjung kecewa berat. Sehingga untuk membuat brand pesta rakyat di Monas akan berdampak buruk," jelasnya.

Ironisnya, berdasar pengamatan di lokasi, hanya dua titik fasilitas toilet. Satu toilet VIP dan satu lagi toilet mobil untuk umum. Hal ini tentu tak sebanding dengan jumlah pengunjung yang datang. Terlihat, antrean di toilet tampak mengular.

Tak berhenti pada fasilitas toilet yang minim, lampu penerangan di dalam ruang pameran, sebagian juga kurang penerangan cahaya lampu. Pada bagian pintu masuk ruang stand, berderet-deret usaha kecil dan menengah yang menjajakan dagangannya. Karena kurang lampu, membuat gelap ruangan.

5. Macet

Jelang penutupan Pekan Produk Kreatif Daerah (PPKD) yang digelar di Lapangan Monas, menjelang sore hari pengunjung makin membeludak. Pengunjung datang kebanyakan menggunakan kendaraan motor dan mobil.

Para juru parkir yang memanfaatkan acara ini mengakalinya dengan menggunakan bahu jalan untuk parkir motor dan mobil. Alhasil kemacetan di sekitar Monas pun tidak dapat dihindari.

Pantauan merdeka.com, Minggu (16/6), hampir seluruh lalu lintas di sekitar Jalan Merdeka macet. Terjadi antrean panjang di sekitar Monas. Baik yang hanya melintas maupun pengunjung yang mencari tempat parkir.

"Parkir di sini karena susah cari parkir," kata salah satu pengunjung yang memarkir motornya di jalan, Sony.

Sony menjelaskan, ia rela memarkir di jalan karena keinginannya untuk melihat 'Pekan Raya Jakarta Tandingan' di Monas. Dia pun ingin mencoba membandingkan PRJ yang digelar di JIExpo dengan PRJ di Monas. "Ini kan baru jadi mau lihat aja sama coba bandingin sama PRJ yang lama," ujarnya.

6. Pintu akses tunggal

PRJ Monas ramai diserbu pengunjung, malam minggu lalu. Hari libur membuat banyak warga Ibu Kota Jakarta yang ingin menyaksikan pameran yang digelar di halaman Monas ini.

Namun sayang kurang siapnya sarana pendukung di 'PRJ' tandingan ini membuat warga yang datang banyak mengeluh. Salah satunya adalah antrean kendaraan yang ingin masuk ke lokasi acara.

Hal ini disebabkan karena tidak semua pintu masuk Monas dibuka. Hanya pintu parkir timur (Irti) dan Pintu Gambir yang dibuka. Kendaraan roda empat yang ingin masuk pun terpaksa harus antre.

"Hari ini lebih banyak dari hari kemarin, tetapi jadi kaya gini, antre karena nggak semua pintu dibuka," ujar Syarifuddin, juru parkir di Irti Monas, Sabtu (15/6).

Namun para pengunjung tidak kehabisan akal. Mereka mencari jalan pintas dengan memanjat pagar Monas yang memang sepi penjagaan. "Masuknya ramai, jadi manjat saja," kata seorang ibu yang enggan menyebutkan namanya kepada merdeka.com saat ditemui usai memanjat pagar Monas.

Ibu-ibu yang datang bersama ketiga cucunya itu mengaku kelelahan jika harus masuk pintu yang disediakan panitia. Itu karena mereka harus memutar dan berjalan kaki cukup jauh.


Sumber :
http://www.merdeka.com/jakarta/6-kekurangan-prj-tandingan-di-monas.html

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon