Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral (kecuali pada inti atom Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Sekumpulan atom demikian pula dapat berikatan satu sama lainnya, dan membentuk sebuah molekul.
Atom yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat
netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang
berbeda bersifat positif atau negatif dan disebut sebagai ion.
Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan neutron yang terdapat
pada inti atom tersebut.
Jumlah proton pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut. Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani
(ἄτομος/átomos, α-τεμνω), yang berarti tidak dapat dipotong ataupun
sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen
yang tak dapat dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18, para kimiawan
meletakkan dasar-dasar pemikiran ini dengan menunjukkan bahwa zat-zat
tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi menggunakan
metode-metode kimia. Selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, para fisikawan
berhasil menemukan struktur dan komponen-komponen subatom di dalam
atom, membuktikan bahwa 'atom' tidaklah tak dapat dibagi-bagi lagi.
Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang digunakan para fisikawan kemudian berhasil memodelkan atom.
Dalam pengamatan sehari-hari, secara relatif atom dianggap sebuah
objek yang sangat kecil yang memiliki massa yang secara proporsional
kecil pula. Atom hanya dapat dipantau dengan menggunakan peralatan
khusus seperti mikroskop gaya atom. Lebih dari 99,9% massa atom berpusat pada inti atom,
dengan proton dan neutron yang bermassa hampir sama. Setiap unsur
paling tidak memiliki satu isotop dengan inti yang tidak stabil, yang
dapat mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat mengakibatkan transmutasi, yang mengubah jumlah proton dan neutron pada inti.
Elektron yang terikat pada atom mengandung sejumlah aras energi, ataupun orbital, yang stabil dan dapat mengalami transisi di antara aras tersebut dengan menyerap ataupun memancarkan foton
yang sesuai dengan perbedaan energi antara aras. Elektron pada atom
menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur, dan memengaruhi sifat-sifat
magnetis atom tersebut.
Sejarah
Konsep bahwa materi terdiri dari satuan-satuan terpisah yang tidak
dapat dibagi lagi menjadi satuan yang lebih kecil telah ada selama satu milenium. Namun, pemikiran tersebut masihlah bersifat abstrak dan filosofis, daripada berdasarkan pengamatan empiris dan eksperimen.
Secara filosofis, deskripsi sifat-sifat atom bervariasi tergantung pada
budaya dan aliran filosofi tersebut, dan seringkali pula mengandung
unsur-unsur spiritual di dalamnya. Walaupun demikian, pemikiran dasar
mengenai atom dapat diterima oleh para ilmuwan ribuan tahun kemudian,
karena ia secara elegan dapat menjelaskan penemuan-penemuan baru pada
bidang kimia.
Rujukan paling awal mengenai konsep atom dapat ditilik kembali kepada zaman India kuno pada tahun 800 sebelum masehi, yang dijelaskan dalam naskah filsafat Jainisme sebagai anu dan paramanu. Aliran mazhab Nyaya dan Vaisesika mengembangkan teori yang menjelaskan bagaimana atom-atom bergabung menjadi benda-benda yang lebih kompleks. Satu abad kemudian muncul rujukan mengenai atom di dunia Barat oleh Leukippos, yang kemudian oleh muridnya Demokritos pandangan tersebut disistematiskan. Kira-kira pada tahun 450 SM, Demokritos menciptakan istilah átomos (bahasa Yunani: ἄτομος),
yang berarti "tidak dapat dipotong" ataupun "tidak dapat dibagi-bagi
lagi". Teori Demokritos mengenai atom bukanlah usaha untuk menjabarkan
suatu fenomena fisis secara rinci, melainkan suatu filosofi yang mencoba
untuk memberikan jawaban atas perubahan-perubahan yang terjadi pada
alam.
Filosofi serupa juga terjadi di India, namun demikian ilmu pengetahuan
modern memutuskan untuk menggunakan istilah "atom" yang dicetuskan oleh
Demokritos.
Kemajuan lebih jauh pada pemahaman mengenai atom dimulai dengan berkembangnya ilmu kimia. Pada tahun 1661, Robert Boyle mempublikasikan buku The Sceptical Chymist yang berargumen bahwa materi-materi di dunia ini terdiri dari berbagai kombinasi "corpuscules",
yaitu atom-atom yang berbeda. Hal ini berbeda dengan pandangan klasik
yang berpendapat bahwa materi terdiri dari unsur-unsur udara, tanah,
api, dan air. Pada tahun 1789, istilah element (unsur) didefinisikan oleh seorang bangsawan dan peneliti Perancis, Antoine Lavoisier, sebagai bahan dasar yang tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi dengan menggunakan metode-metode kimia.
Pada tahun 1803, John Dalton
menggunakan konsep atom untuk menjelaskan mengapa unsur-unsur selalu
bereaksi dalam perbandingan yang bulat dan tetap, serta mengapa gas-gas
tertentu lebih larut dalam air dibandingkan dengan gas-gas lainnya. Ia
mengajukan pendapat bahwa setiap unsur mengandung atom-atom tunggal
unik, dan atom-atom tersebut selanjutnya dapat bergabung untuk membentuk
senyawa-senyawa kimia.
Teori partikel ini kemudian dikonfirmasikan lebih jauh lagi pada tahun 1827, yaitu ketika botaniwan Robert Brown menggunakan mikroskop
untuk mengamati debu-debu yang mengambang di atas air dan menemukan
bahwa debu-debu tersebut bergerak secara acak. Fenomena ini kemudian
dikenal sebagai "Gerak Brown".
Pada tahun 1877, J. Desaulx mengajukan pendapat bahwa fenomena ini
disebabkan oleh gerak termal molekul air, dan pada tahun 1905 Albert Einstein membuat analisis matematika terhadap gerak ini. Fisikawan Perancis Jean Perrin
kemudian menggunakan hasil kerja Einstein untuk menentukan massa dan
dimensi atom secara eksperimen, yang kemudian dengan pasti menjadi
verifikasi atas teori atom Dalton.
Berdasarkan hasil penelitiannya terhadap sinar katode, pada tahun 1897 J. J. Thomson
menemukan elektron dan sifat-sifat subatomiknya. Hal ini meruntuhkan
konsep atom sebagai satuan yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.
Thomson percaya bahwa elektron-elektron terdistribusi secara merata di
seluruh atom, dan muatan-muatannya diseimbangkan oleh keberadaan lautan
muatan positif (model puding prem).
Namun pada tahun 1909, para peneliti di bawah arahan Ernest Rutherford
menembakkan ion helium ke lembaran tipis emas, dan menemukan bahwa
sebagian kecil ion tersebut dipantulkan dengan sudut pantulan yang lebih
tajam dari yang apa yang diprediksikan oleh teori Thomson. Rutherford
kemudian mengajukan pendapat bahwa muatan positif suatu atom dan
kebanyakan massanya terkonsentrasi pada inti atom, dengan elektron yang
mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari. Muatan positif
ion helium yang melewati inti padat ini haruslah dipantulkan dengan
sudut pantulan yang lebih tajam. Pada tahun 1913, ketika bereksperimen
dengan hasil proses peluruhan radioaktif, Frederick Soddy menemukan bahwa terdapat lebih dari satu jenis atom pada setiap posisi tabel periodik. Istilah isotop kemudian diciptakan oleh Margaret Todd
sebagai nama yang tepat untuk atom-atom yang berbeda namun merupakan
satu unsur yang sama. J.J. Thomson selanjutnya menemukan teknik untuk
memisahkan jenis-jenis atom tersebut melalui hasil kerjanya pada gas
yang terionisasi.
Sementara itu, pada tahun 1913 fisikawan Niels Bohr
mengkaji ulang model atom Rutherford dan mengajukan pendapat bahwa
elektron-elektron terletak pada orbit-orbit yang terkuantisasi serta
dapat meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya, meskipun demikian tidak
dapat dengan bebas berputar spiral ke dalam maupun keluar dalam keadaan
transisi.
Suatu elektron haruslah menyerap ataupun memancarkan sejumlah energi
tertentu untuk dapat melakukan transisi antara orbit-orbit yang tetap
ini. Apabila cahaya dari materi yang dipanaskan memancar melalui prisma, ia menghasilkan suatu spektrum multiwarna. Penampakan garis-garis spektrum tertentu ini berhasil dijelaskan oleh teori transisi orbital ini.
Ikatan kimia antar atom kemudian pada tahun 1916 dijelaskan oleh Gilbert Newton Lewis sebagai interaksi antara elektron-elektron atom tersebut. Atas adanya keteraturan sifat-sifat kimiawi dalam tabel periode kimia, kimiawan Amerika Irving Langmuir
tahun 1919 berpendapat bahwa hal ini dapat dijelaskan apabila
elektron-elektron pada sebuah atom saling berhubungan atau berkumpul
dalam bentuk-bentuk tertentu. Sekelompok elektron diperkirakan menduduki
satu set kelopak elektron di sekitar inti atom.
Percobaan Stern-Gerlach
pada tahun 1922 memberikan bukti lebih jauh mengenai sifat-sifat
kuantum atom. Ketika seberkas atom perak ditembakkan melalui medan
magnet, berkas tersebut terpisah-pisah sesuai dengan arah momentum sudut
atom (spin). Oleh karena arah spin adalah acak, berkas ini
diharapkan menyebar menjadi satu garis. Namun pada kenyataannya berkas
ini terbagi menjadi dua bagian, tergantung dari apakah spin atom
tersebut berorientasi ke atas ataupun ke bawah.
Pada tahun 1926, dengan menggunakan pemikiran Louis de Broglie
bahwa partikel berperilaku seperti gelombang, Erwin Schrödinger
mengembangkan suatu model atom matematis yang menggambarkan elektron
sebagai gelombang
tiga dimensi daripada sebagai titik-titik partikel.
Konsekuensi
penggunaan bentuk gelombang untuk menjelaskan elektron ini adalah bahwa
adalah tidak mungkin untuk secara matematis menghitung posisi dan momentum partikel secara bersamaan.
Hal ini kemudian dikenal sebagai prinsip ketidakpastian, yang dirumuskan oleh Werner Heisenberg
pada 1926. Menurut konsep ini, untuk setiap pengukuran suatu posisi,
seseorang hanya bisa mendapatkan kisaran nilai-nilai probabilitas
momentum, demikian pula sebaliknya. Walaupun model ini sulit untuk
divisualisasikan, ia dapat dengan baik menjelaskan sifat-sifat atom yang
terpantau yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan oleh teori mana pun.
Oleh sebab itu, model atom yang menggambarkan elektron mengitari inti
atom seperti planet mengitari matahari digugurkan dan digantikan oleh
model orbital atom di sekitar inti di mana elektron paling berkemungkinan berada.
Perkembangan pada spektrometri massa
mengijinkan dilakukannya pengukuran massa atom secara tepat. Peralatan
spektrometer ini menggunakan magnet untuk membelokkan trayektori berkas
ion, dan banyaknya defleksi ditentukan dengan rasio massa atom terhadap
muatannya. Kimiawan Francis William Aston
menggunakan peralatan ini untuk menunjukkan bahwa isotop mempunyai
massa yang berbeda. Perbedaan massa antar isotop ini berupa bilangan
bulat, dan ia disebut sebagai kaidah bilangan bulat. Penjelasan pada perbedaan massa isotop ini berhasil dipecahkan setelah ditemukannya neutron, suatu partikel bermuatan netral dengan massa yang hampir sama dengan proton, yaitu oleh James Chadwick
pada tahun 1932. Isotop kemudian dijelaskan sebagai unsur dengan jumlah
proton yang sama, namun memiliki jumlah neutron yang berbeda dalam inti
atom.
Pada tahun 1950-an, perkembangan pemercepat partikel dan detektor partikel mengijinkan para ilmuwan mempelajari dampak-dampak dari atom yang bergerak dengan energi yang tinggi. Neutron dan proton kemudian diketahui sebagai hadron, yaitu komposit partikel-partikel kecil yang disebut sebagai kuark.
Model-model standar fisika nuklir kemudian dikembangkan untuk
menjelaskan sifat-sifat inti atom dalam hal interaksi partikel subatom
ini.
Sekitar tahun 1985, Steven Chu dkk. di Bell Labs mengembangkan sebuah teknik untuk menurunkan temperatur atom menggunakan laser. Pada tahun yang sama, sekelompok ilmuwan yang diketuai oleh William D. Phillips berhasil memerangkap atom natrium dalam perangkap magnet. Claude Cohen-Tannoudji kemudian menggabungkan kedua teknik tersebut untuk mendinginkan sejumlah kecil atom sampai beberapa mikrokelvin.
Hal ini mengijinkan ilmuwan mempelajari atom dengan presisi yang sangat
tinggi, yang pada akhirnya membawa para ilmuwan menemukan kondensasi Bose-Einstein.
Dalam sejarahnya, sebuah atom tunggal sangatlah kecil untuk digunakan
dalam aplikasi ilmiah. Namun baru-baru ini, berbagai peranti yang
menggunakan sebuah atom tunggal logam yang dihubungkan dengan ligan-ligan organik (transistor elektron tunggal) telah dibuat. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memerangkap dan memperlambat laju atom menggunakan pendinginan laser untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai sifat-sifat atom.
Komponen-Komponen Atom
Partikel Sub Atom
Walaupun awalnya kata atom berarti suatu partikel yang tidak
dapat dipotong-potong lagi menjadi partikel yang lebih kecil, dalam
terminologi ilmu pengetahuan modern, atom tersusun atas berbagai partikel subatom. Partikel-partikel penyusun atom ini adalah elektron, proton, dan neutron. Namun hidrogen-1 tidak mempunyai neutron. Demikian pula halnya pada ion hidrogen positif H+.
Dari kesemua partikel subatom ini, elektron adalah yang paling ringan, dengan massa elektron sebesar 9,11 × 10−31 kg
dan mempunyai muatan negatif. Ukuran elektron sangatlah kecil
sedemikiannya tiada teknik pengukuran yang dapat digunakan untuk
mengukur ukurannya. Proton memiliki muatan positif dan massa 1.836 kali lebih berat daripada elektron (1,6726 × 10−27 kg). Neutron tidak bermuatan listrik dan bermassa bebas 1.839 kali massa elektron atau (1,6929 × 10−27 kg).
Dalam model standar fisika, baik proton dan neutron terdiri dari partikel elementer yang disebut kuark. Kuark termasuk kedalam golongan partikel fermion dan merupakan salah satu dari dua bahan penyusun materi dasar (yang lainnya adalah lepton).
Terdapat enam jenis kuark dan tiap-tiap kuark tersebut memiliki muatan
listri fraksional sebesar +2/3 ataupun −1/3. Proton terdiri dari dua kuark naik dan satu kuark turun,
manakala neutron terdiri dari satu kuark naik dan dua kuark turun.
Perbedaan komposisi kuark ini memengaruhi perbedaan massa dan muatan
antara dua partikel tersebut. Kuark terikat bersama oleh gaya nuklir kuat yang diperantarai oleh gluon. Gluon adalah anggota dari boson tolok yang merupakan perantara gaya-gaya fisika.
Inti Atom
Inti atom terdiri atas proton dan neutron yang terikat bersama pada
pusat atom. Secara kolektif, proton dan neutron tersebut disebut sebagai
nukleon (partikel penyusun inti). Diameter inti atom berkisar antara 10-15 hingga 10-14m. Jari-jari inti diperkirakan sama dengan
fm, dengan A adalah jumlah nukleon.
Hal ini sangatlah kecil dibandingkan dengan jari-jari atom.
Nukleon-nukleon tersebut terikat bersama oleh gaya tarik-menarik
potensial yang disebut gaya kuat residual. Pada jarak lebih kecil daripada 2,5 fm, gaya ini lebih kuat daripada gaya elektrostatik yang menyebabkan proton saling tolak menolak.
![\begin{smallmatrix}1,07 \sqrt[3]{A}\end{smallmatrix}](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9FusK8BnX_D9FghUdAjyzWWSWgIg-_sgBhcwpvREDJMUgumsYQ0GLMpjNTiiKej3qs2QlwT_MRwt_G8pfj5u8av37xA_miDgqti9-su3A15xKtW-0Rr55bCvF14-gswKCTyuXN2y3yzxM/s640/arlinadesign.gif)
Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton yang sama, disebut nomor atom. Suatu unsur dapat memiliki jumlah neutron yang bervariasi. Variasi ini disebut sebagai isotop. Jumlah proton dan neutron suatu atom akan menentukan nuklida
atom tersebut, sedangkan jumlah neutron relatif terhadap jumlah proton
akan menentukan stabilitas inti atom, dengan isotop unsur tertentu akan
menjalankan peluruhan radioaktif.
Neutron dan proton adalah dua jenis fermion yang berbeda. Asas pengecualian Pauli melarang adanya keberadaan fermion yang identik
(seperti misalnya proton berganda) menduduki suatu keadaan fisik
kuantum yang sama pada waktu yang sama. Oleh karena itu, setiap proton
dalam inti atom harusnya menduduki keadaan kuantum yang berbeda dengan
aras energinya masing-masing. Asas Pauli ini juga berlaku untuk neutron.
Pelarangan ini tidak berlaku bagi proton dan neutron yang menduduki
keadaan kuantum yang sama.
Untuk atom dengan nomor atom yang rendah, inti atom yang memiliki
jumlah proton lebih banyak daripada neutron berpotensi jatuh ke keadaan
energi yang lebih rendah melalui peluruhan radioaktif yang menyebabkan
jumlah proton dan neutron seimbang. Oleh karena itu, atom dengan jumlah
proton dan neutron yang berimbang lebih stabil dan cenderung tidak
meluruh. Namun, dengan meningkatnya nomor atom, gaya tolak-menolak antar
proton membuat inti atom memerlukan proporsi neutron yang lebih tinggi
lagi untuk menjaga stabilitasnya. Pada inti yang paling berat, rasio
neutron per proton yang diperlukan untuk menjaga stabilitasnya akan
meningkat menjadi 1,5.
Jumlah proton dan neutron pada inti atom dapat diubah, walaupun hal
ini memerlukan energi yang sangat tinggi oleh karena gaya atraksinya
yang kuat. Fusi nuklir
terjadi ketika banyak partikel atom bergabung membentuk inti yang lebih
berat. Sebagai contoh, pada inti Matahari, proton memerlukan energi
sekitar 3–10 keV untuk mengatasi gaya tolak-menolak antar sesamanya dan
bergabung menjadi satu inti. Fisi nuklir
merupakan kebalikan dari proses fusi. Pada fisi nuklir, inti dipecah
menjadi dua inti yang lebih kecil. Hal ini biasanya terjadi melalui
peluruhan radioaktif. Inti atom juga dapat diubah melalui penembakan
partikel subatom berenergi tinggi. Apabila hal ini mengubah jumlah
proton dalam inti, atom tersebut akan berubah unsurnya.
Jika massa inti setelah terjadinya reaksi fusi lebih kecil daripada
jumlah massa partikel awal penyusunnya, maka perbedaan ini disebabkan
oleh pelepasan pancaran energi (misalnya sinar gamma), sebagaimana yang ditemukan pada rumus kesetaraan massa-energi Einstein, E = mc2, dengan m adalah massa yang hilang dan c adalah kecepatan cahaya. Defisit ini merupakan bagian dari energi pengikatan inti yang baru.
Fusi dua inti yang menghasilkan inti yang lebih besar dengan nomor atom lebih rendah daripada besi dan nikel (jumlah total nukleon sama dengan 60) biasanya bersifat eksotermik, yang berarti bahwa proses ini melepaskan energi. Adalah proses pelepasan energi inilah yang membuat fusi nuklir pada bintang dapat dipertahankan. Untuk inti yang lebih berat, energi pengikatan per nukleon dalam inti mulai menurun. Ini berarti bahwa proses fusi akan bersifat endotermik.
Awan Elektron
Elektron dalam suatu atom ditarik oleh proton dalam inti atom melalui gaya elektromagnetik.
Gaya ini mengikat elektron dalam sumur potensi elektrostatik di sekitar
inti. Hal ini berarti bahwa energi luar diperlukan agar elektron dapat
lolos dari atom. Semakin dekat suatu elektron dalam inti, semakin besar
gaya atraksinya, sehingga elektron yang berada dekat dengan pusat sumur
potensi memerlukan energi yang lebih besar untuk lolos.
Elektron, sama seperti partikel lainnya, memiliki sifat seperti
partikel maupun seperti gelombang (dualisme gelombang-partikel). Awan
elektron adalah suatu daerah dalam sumur potensi di mana tiap-tiap
elektron menghasilkan sejenis gelombang diam (yaitu gelombang yang tidak
bergerak relatif terhadap inti) tiga dimensi. Perilaku ini ditentukan
oleh orbital atom,
yakni suatu fungsi matematika yang menghitung probabilitas suatu
elektron akan muncul pada suatu lokasi tertentu ketika posisinya diukur.
Hanya akan ada satu himpunan orbital tertentu yang berada disekitar
inti, karena pola-pola gelombang lainnya akan dengan cepat meluruh
menjadi bentuk yang lebih stabil.
Tiap-tiap orbital atom berkoresponden terhadap aras energi elektron tertentu. Elektron dapat berubah keadaannya ke aras energi yang lebih tinggi dengan menyerap sebuah foton.
Selain dapat naik menuju aras energi yang lebih tinggi, suatu elektron
dapat pula turun ke keadaan energi yang lebih rendah dengan memancarkan
energi yang berlebih sebagai foton.
Energi yang diperlukan untuk melepaskan ataupun menambah satu
elektron (energi pengikatan elektron) adalah lebih kecil daripada energi
pengikatan nukleon. Sebagai contohnya, hanya diperlukan 13,6 eV untuk
melepaskan elektron dari atom hidrogen. Bandingkan dengan energi sebesar 2,3 MeV yang diperlukan untuk memecah inti deuterium.
Atom bermuatan listrik netral oleh karena jumlah proton dan elektronnya
yang sama. Atom yang kekurangan ataupun kelebihan elektron disebut
sebagai ion.
Elektron yang terletak paling luar dari inti dapat ditransfer ataupun
dibagi ke atom terdekat lainnya. Dengan cara inilah, atom dapat saling berikatan membentuk molekul.
Sifat-Sifat
Sifat-sifat Nuklir
Berdasarkan definisi, dua atom dengan jumlah proton yang identik dalam intinya termasuk ke dalam unsur kimia yang sama. Atom dengan jumlah proton sama namun dengan jumlah neutron
berbeda adalah dua isotop berbeda dari satu unsur yang sama. Sebagai
contohnya, semua hidrogen memiliki satu proton, namun terdapat satu
isotop hidrogen yang tidak memiliki neutron (hidrogen-1), satu isotop yang memiliki satu neutron (deuterium), dua neutron (tritium), dll. Hidrogen-1 adalah bentuk isotop hidrogen yang paling umum. Kadang-kadang ia disebut sebagai protium. Semua isotop unsur yang bernomor atom lebih besar daripada 82 bersifat radioaktif.
Dari sekitar 339 nuklida yang terbentuk secara alami di Bumi, 269 di antaranya belum pernah terpantau meluruh. Pada unsur kimia, 80 dari unsur yang diketahui memiliki satu atau lebih isotop stabil. Unsur 43, 63, dan semua unsur lebih tinggi dari 83
tidak memiliki isotop stabil. Dua puluh tujuh unsur hanya memiliki satu
isotop stabil, manakala jumlah isotop stabil yang paling banyak
terpantau pada unsur timah dengan 10 jenis isotop stabil.
Massa
Karena mayoritas massa atom berasal dari proton dan neutron, jumlah keseluruhan partikel ini dalam atom disebut sebagai nomor massa. Massa atom pada keadaan diam sering diekspresikan menggunakan satuan massa atom (u) yang juga disebut dalton (Da). Satuan ini didefinisikan sebagai seperduabelas massa atom karbon-12 netral, yang kira-kira sebesar 1,66 × 10−27 kg. Hidrogen-1 yang merupakan isotop teringan hidrogen memiliki bobot atom 1,007825 u. Atom memiliki massa yang kira-kira sama dengan nomor massanya dikalikan satuan massa atom. Atom stabil yang paling berat adalah timbal-208, dengan massa sebesar 207,9766521 u.
Para kimiawan biasanya menggunakan satuan mol
untuk menyatakan jumlah atom. Satu mol didefinisikan sebagai jumlah
atom yang terdapat pada 12 gram persis karbon-12. Jumlah ini adalah
sekitar 6,022 × 1023, yang dikenal pula dengan nama tetapan Avogadro. Dengan demikian suatu unsur dengan massa atom 1 u akan memiliki satu mol atom yang bermassa 0,001 kg. Sebagai contohnya, Karbon memiliki massa atom 12 u, sehingga satu mol karbon atom memiliki massa 0,012 kg.
Ukuran
Atom tidak memiliki batasan luar yang jelas, sehingga dimensi atom
biasanya dideskripsikan sebagai jarak antara dua inti atom ketika dua
atom bergabung bersama dalam ikatan kimia. Jari-jari ini bervariasi tergantung pada jenis atom, jenis ikatan yang terlibat, jumlah atom di sekitarnya, dan spin atom. Pada tabel periodik
unsur-unsur, jari-jari atom akan cenderung meningkat seiring dengan
meningkatnya periode (atas ke bawah). Sebaliknya jari-jari atom akan
cenderung meningkat seiring dengan menurunnya nomor golongan (kanan ke
kiri). Oleh karena itu, atom yang terkecil adalah helium dengan jari-jari 32 pm, manakala yang terbesar adalah sesium dengan jari-jari 225 pm. Dimensi ini ribuan kali lebih kecil daripada gelombang cahaya (400–700 nm), sehingga atom tidak dapat dilihat menggunakan mikroskop optik biasa. Namun, atom dapat dipantau menggunakan mikroskop gaya atom.
Ukuran atom sangatlah kecil, sedemikian kecilnya lebar satu helai rambut dapat menampung sekitar 1 juta atom karbon. Satu tetes air pula mengandung sekitar 2 × 1021 atom oksigen. Intan satu karat dengan massa 2 × 10-4 kg mengandung sekitar 1022 atom karbon.
Jika sebuah apel diperbesar sampai seukuran besarnya Bumi, maka atom
dalam apel tersebut akan terlihat sebesar ukuran apel awal tersebut.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Atom
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon