Minggu, 16 Juni 2013

Industri tekstil tak khawatir harga BBM naik


PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) mengaku kenaikan bahan bakar minyak (BBM) subsidi tidak mempengaruhi kinerja operasional perseroan. Pasalnya, perusahaan tekstil yang berpusat di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah ini mengaku sejak lama menggunakan BBM industri sesuai harga pasar dunia.

Selain itu, Direktur Utama SRIL Iwan Setiawan mengatakan perseroan memiliki pabrik dalam lokasi yang berdekatan, sehingga biaya penggunaan BBM dari segi distribusi bisa ditekan. Alhasil bahan bakar cenderung kurang berpengaruh signifikan dalam proses produksi, membuat direksi yakin target perusahaan tahun ini tak perlu direvisi.

"Kami optimis juga tidak akan mengurangi produksi tekstil dan garmen walaupun BBM naik, karena kan pabriknya kita semuanya berada di Jawa Tengah jadi tidak memerlukan biaya tinggi," ujarnya saat konferensi pers SRIL di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (17/6).

Karena perseroan merasa optimis, tahun ini emiten penghasil tekstil dan garmen yang baru saja melantai di bursa itu akan terus mengembangkan divisi pemintalan dan divisi garmen. Iwan mengaku pihaknya bersiap menambah 287.000 mata pintal melalui pembangunan empat pabrik baru.

"Untuk pabrik spinning (pemintalan) akan mulai dibangun pertengahan tahun ini dan terealisasikan akhir tahun depan yang berlokasi di Sukoharjo, Jawa Tengah yang akan dibangun di atas lahan 15 hektar," kata Iwan.

Sementara, untuk divisi garmen, perseroan akan menambah 5.000 mesin jahit yang memerlukan lahan sekitar 2-5 hektar. Sehingga dengan pembangunan pabrik baru akan menambah kapasitas mencapai 2-3 kali lipat dari 8,2 juta potong saat ini.

"Sehingga sekitar 16,4 juta potong pakaian target kapasitas divisi garmen ini. Sementara untuk pabrik garmen ini akan dibangun di luar Sukoharjo tapi tetap berada di Jawa Tengah," ungkapnya.
Adapun rencananya pembangunan proyek bangunan baru ini, perseroan menggunakan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 2,4 triliun.

"Sekitar Rp 2 triliun dikeluarkan untuk pengembangan divisi pemintal dan Rp 400 miliar untuk pengembangan divisi garmen," tandasnya.

Dana belanja modal tersebut berasal dari kas internal dan pinjaman perbankan. Sekitar Rp 1,3 triliun didapatkan dari equtity dan sisanya pinjaman 3 bank lokal.

Sumber :
http://www.merdeka.com/uang/industri-tekstil-tak-khawatir-harga-bbm-naik.html

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon