Rabu, 19 Juni 2013

Kata Bung Karno, lebih baik makan gaplek tapi tak jadi budak


Publik belakangan digegerkan dengan kabar perbudakan yang menimpa puluhan pemuda dari pelbagai daerah di Tangerang. Mereka diperlakukan secara tidak manusiawi oleh bos tempatnya bekerja di pabrik kuali, Yuki Irawan.

Aksi perbudakan yang terjadi di era moderen tentu tak dapat dimaafkan. Sebab, hal itu melanggar hak azasi manusia (HAM) yang dimiliki oleh tiap manusia dan menyalahi hukum internasional.

Dulu, di era pra-kemerdekaan, penjajah Belanda dan Jepang kerap menjadikan warga pribumi menjadi budaknya. Rakyat dipaksa bekerja membangun jalan, bekerja di perkebunan, membangun rel kereta, hingga membuat gua, oleh penjajah.

Mereka diperlakukan secara binatang. Siksaan selalu menanti jika mereka loyo dalam bekerja. Padahal, mereka tidak diberi upah bahkan waktu istirahat dan makan yang diberikan kepada mereka pun tak layak.

Di mata Presiden pertama RI Soekarno , perbudakan merupakan sesuatu yang haram. Bung Karno bahkan menuangkan idealismenya itu sebagai sikap Indonesia kala itu.

Kala itu, Bung Karno bercita-cita agar Indonesia menjadi bangsa yang berdiri di kaki sendiri atau berdikari. Indonesia tidak boleh menjadi budak bangsa lain. Karenanya, Indonesia pantang meminta-minta kepada negara lain.

"Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu. Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bistik tetapi budak," kata Bung Karno saat berpidato pada HUT Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1963.

Sikap anti-perbudakan yang dimiliki Bung Karno juga ditunjukkan dengan sikap anti-imperialisme. Bung Karno kala itu bahkan sudah memprediksi imperialisme akan berkembang menjadi neo-imperialisme di bidang ekonomi.

Imperialisme adalah sebuah isme yang menghalalkan negara besar memegang kendali atas pemerintahan negara lain atau daerah. Salah satu akibat imperialisme di bidang ekonomi adalah negara besar pemilik modal akan semakin kaya dan menjadi pusat kekayaan sementara negara yang dikuasainya semakin miskin. Hal ini akan mengakibatkan negara tersebut menjadi budak negara besar dari segi ketergantungan ekonomi alias penjajahan gaya baru.
 
Sumber :
http://www.merdeka.com/peristiwa/kata-bung-karno-lebih-baik-makan-gaplek-tapi-tak-jadi-budak.html

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon