Serangan peretas ternyata tak hanya menjamah situs Kepolisian RI, tetapi
juga merambah ke situs-situs instansi pemerintah lainnya.
Ketua Umum Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII), Sylvia W. Sumarlin mengungkapkan banyak serangan dunia maya ke situs-situs pusat pemerintahan minggu-minggu terakhir, terutama instansi yang dianggap vital terhadap pertahanan.
"Serangan cyber tersebut bisa dijadikan pelajaran instansi pemerintah untuk memperkuat keamanan situsnya," ujarnya kepada merdeka.com, Senin (27/5).
Data mengejutkan dipaparkan ID-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure). Ketua ID-SIRTII, Muhammad Sholahuddien bahkan tidak bisa merinci situs-situs pemerintahan mana saja yang diretas karena saking banyaknya.
Ketua Umum Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII), Sylvia W. Sumarlin mengungkapkan banyak serangan dunia maya ke situs-situs pusat pemerintahan minggu-minggu terakhir, terutama instansi yang dianggap vital terhadap pertahanan.
"Serangan cyber tersebut bisa dijadikan pelajaran instansi pemerintah untuk memperkuat keamanan situsnya," ujarnya kepada merdeka.com, Senin (27/5).
Data mengejutkan dipaparkan ID-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure). Ketua ID-SIRTII, Muhammad Sholahuddien bahkan tidak bisa merinci situs-situs pemerintahan mana saja yang diretas karena saking banyaknya.
"Banyak, pokoknya banyak. Situs
Polri semuanya diretas, situs Kemenhan juga. Belakangan situs pemerintah
lainnya seperti situs Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian
Pertanian (Kementan), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), dan
Kementerian PU juga disatroni hacker," ungkapnya.
Menurut Sholahuddien yang akrab dipanggil Pataka, pada dasarnya, kerentanan situs pemerintah yang manapun jamak diakibatkan oleh kombinasi tiga hal, yaitu desain arsitektur situs yang tidak aman, common vulnerability pada aplikasinya, dan tata kelola yang buruk (mengabaikan).
"Dari sudut pandang efisiensi sebenarnya tidak ada persoalan, namun sebaiknya tentu membutuhkan arsitektur jaringan dan pengamanan situs yang memadai," ungkapnya.
Untuk diketahui bahwa ancaman untuk penyerangan massal semacam ini hanya mungkin dilakukan manakala eksploitasi terhadap situs tersebut telah berlangsung lama sebelumnya, artinya, pihak yang mengajak menyerang sudah tahu pasti titik kelemahan situs dan bahkan barangkali sudah berulangkali melakukan penyusupan dan 'bercocok tanam' di situs tersebut.
Tindakan konkret yang telah dilakukan ID-SIRTII sampai saat ini adalah mengirimkan pesan peringatan dan saran perbaikan untuk kelemahan yang bisa dideteksinya.
Menurut Sholahuddien yang akrab dipanggil Pataka, pada dasarnya, kerentanan situs pemerintah yang manapun jamak diakibatkan oleh kombinasi tiga hal, yaitu desain arsitektur situs yang tidak aman, common vulnerability pada aplikasinya, dan tata kelola yang buruk (mengabaikan).
"Dari sudut pandang efisiensi sebenarnya tidak ada persoalan, namun sebaiknya tentu membutuhkan arsitektur jaringan dan pengamanan situs yang memadai," ungkapnya.
Untuk diketahui bahwa ancaman untuk penyerangan massal semacam ini hanya mungkin dilakukan manakala eksploitasi terhadap situs tersebut telah berlangsung lama sebelumnya, artinya, pihak yang mengajak menyerang sudah tahu pasti titik kelemahan situs dan bahkan barangkali sudah berulangkali melakukan penyusupan dan 'bercocok tanam' di situs tersebut.
Tindakan konkret yang telah dilakukan ID-SIRTII sampai saat ini adalah mengirimkan pesan peringatan dan saran perbaikan untuk kelemahan yang bisa dideteksinya.
Sumber :
http://www.merdeka.com/teknologi/serangan-peretas-hantui-situs-utama-pemerintah.html
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon