Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences mengungkap
fakta baru tentang ikan tuna sirip biru Pasifik. Ikan langka ini
ternyata radiasi kebocoran reaktor nuklir Fukushima di Jepang pasca
tsunami Maret 2011.
Kadar radioaktif tersebut diperkirakan mencemari ikan saat mereka melewati perairan Jepang menuju laut lepas. Namun demikian, seperti diberitakan BBC Senin 27 Mei 2012, tuna sirip biru Pasifik masih tergolong aman dikonsumsi karena kadar radioaktifnya masih berada di ambang batas aman.
Semua sampel ikan yang diteliti diambil dari perairan San Diego, Amerika Serikat, pada Agustus 2011. Dari sampel jaringan otot 15 ekor sampel, ditemukan peningkatan kadar radioaktif kaesium berupa isotop 134 dan 137.
Kaesium-137 yang terdapat di air laut merupakan akibat dari pengujian senjata atom. Namun kaesium-134 yang berusia dua setengah tahun diyakini terkait langsung ke bocornya reaktor nuklir Fukushima.
Para ilmuwan meyakini penelitian ini akan mendapat banyak perhatian, mengingat tunia sirip biru adalah spesies ikan yang bernilai tinggi. Mereka pun berencana memperluas penelitian ke seluruh spesies ikan yang sering bermigrasi ke perairan jepang.
"Fenomena ini membuat kita menyadari betapa eratnya kaitan ekologi antar wilayah, meskipun mereka terpisah beribu-ribu mil jauhnya," kata Nicholas Fisher, profesor ilmu kelautan di Stony Brook University, New York.
Menurut penelitian di Spanyol tahun lalu, jumlah ikan tuna di lautan menurun separuhnya dibandingkan 50 tahun yang lalu. Diperkirakan jumlahnya akan terus menurun dan punah dalam 50 tahun mendatang.
Semakin langkanya tuna jenis ini juga diakibatkan pada pola makan rakyat Jepang. Tuna sirip biru menjadi incaran restoran sushi terkemuka di negara ini. Termahal, seekor tuna sirip biru dibanderol Rp6,7 miliar di Jepang.
Kadar radioaktif tersebut diperkirakan mencemari ikan saat mereka melewati perairan Jepang menuju laut lepas. Namun demikian, seperti diberitakan BBC Senin 27 Mei 2012, tuna sirip biru Pasifik masih tergolong aman dikonsumsi karena kadar radioaktifnya masih berada di ambang batas aman.
Semua sampel ikan yang diteliti diambil dari perairan San Diego, Amerika Serikat, pada Agustus 2011. Dari sampel jaringan otot 15 ekor sampel, ditemukan peningkatan kadar radioaktif kaesium berupa isotop 134 dan 137.
Kaesium-137 yang terdapat di air laut merupakan akibat dari pengujian senjata atom. Namun kaesium-134 yang berusia dua setengah tahun diyakini terkait langsung ke bocornya reaktor nuklir Fukushima.
Para ilmuwan meyakini penelitian ini akan mendapat banyak perhatian, mengingat tunia sirip biru adalah spesies ikan yang bernilai tinggi. Mereka pun berencana memperluas penelitian ke seluruh spesies ikan yang sering bermigrasi ke perairan jepang.
"Fenomena ini membuat kita menyadari betapa eratnya kaitan ekologi antar wilayah, meskipun mereka terpisah beribu-ribu mil jauhnya," kata Nicholas Fisher, profesor ilmu kelautan di Stony Brook University, New York.
Menurut penelitian di Spanyol tahun lalu, jumlah ikan tuna di lautan menurun separuhnya dibandingkan 50 tahun yang lalu. Diperkirakan jumlahnya akan terus menurun dan punah dalam 50 tahun mendatang.
Semakin langkanya tuna jenis ini juga diakibatkan pada pola makan rakyat Jepang. Tuna sirip biru menjadi incaran restoran sushi terkemuka di negara ini. Termahal, seekor tuna sirip biru dibanderol Rp6,7 miliar di Jepang.
Sumber :
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/318253-tuna-langka-terkontaminasi-radiasi-nuklir

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon