Rabu, 26 Juni 2013

Dahlan: Pengelolaan Inalum tidak butuh modal besar

timah.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengaku siap mengelola PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) setelah diambil alih pemerintah dari Jepang. Saat ini kontrak Inalum dengan Jepang sudah habis, dan Dahlan siap menjadikan Inalum sebagai salah satu perusahaan pelat merah.

"Silakan aja, yang jelas kontraknya sudah selesai, diserahkan lagi ke Indonesia," ucap Dahlan ketika ditemui di Gedung Mandiri Pusat, Jakarta, Kamis (27/6).

Menurut Dahlan, Inalum nantinya akan menjadi BUMN yang berdiri sendiri dengan menjalankan cash flow yang ada saat ini. Mengembangkan BUMN Inalum tidak butuh modal besar kecuali dana untuk mengambil alih dari Jepang saja.

"BUMN murni dulu karena kalau Antam sebagian sudah milik publik. BUMN murni tinggal jalankan cash flownya saja. Kalau perlu suntikan untuk membelinya kepada Jepang itu saja," tutupnya singkat.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan pengambilalihan Inalum dari perusahaan Jepang Nippon Asahan Aluminium (NAA) akan selesai pada tanggal 3 Juli mendatang. Diharapkan, pada Oktober nanti Inalum sudah menjadi milik Indonesia.

"Kita akan melakukan rapat negosiasi pada tanggal 3 Juli untuk bahas dua hal. Pertama dengan pembicaraan dengan NAA ada kesepakatan mengalihkan Inalum ke Indonesia, kita sudah persiapkan itu," ujar Hatta usai menggelar rapat Koordinasi di Kantornya, Jakarta.

Selain dijadikan tempat industri aluminium, lanjut dia, daerah di sekitar Inalum yaitu Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara Asahan, Sumatera Utara sekaligus diarahkan menjadi kawasan industri berbasis aluminium. Sehingga dapat meningkatkan nilai tambah logam dasar tersebut untuk produksi dalam negeri.

Pengambilalihan Inalum di Sumatera Utara ke pemerintah, lanjutnya, akan menguntungkan. Pasalnya, di masa depan Indonesia dapat mengurangi impor bahan jadi aluminium.

Apalagi, seiring peningkatan daya beli masyarakat, bahan jadi berbahan alumunium seperti rak buku, rangka rumah, hingga transmisi listrik, membutuhkan bahan logam dasar tersebut.

Inalum berdiri pada 1976, dengan 58 persen sahamnya dikuasai konsorsium 12 perusahaan Jepang, termasuk Mitsubishi Corporation. Pada 2012 penjualan aluminium jenis ingot dari Inalum mencapai 198.003 ton. Dengan rincian, diekspor ke Jepang sebesar 115.002 ton dan dipasok ke pasar domestik sebesar 83.001 ton.

Hasil kajian Tim Pengambilalihan Inalum menyebutkan, akuisisi saham Inalum akan berdampak positif untuk kepentingan negara. Alasannya, industri alumunium memiliki prospek baik seiring program hilirisasi industri yang dicanangkan pemerintah.

Selain itu, Inalum merupakan satu-satunya perusahaan peleburan alumunium di Asia Tenggara yang memiliki fasilitas lengkap. Sehingga pemerintah dapat memanfaatkan pabrik ini sebagai fondasi integrasi industrialisasi di Indonesia.

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon