Indonesia sudah beberapa kali mengalami guncangan dalam perekonomian
nasional, yakni tahun 1998 dan 2008. Kini, mulai terasa kembali
guncangan terhadap stabilitas ekonomi dalam negeri.
Ingatan masyarakat tidak lepas saat guncangan melanda perekonomian
Indonesia pada krisis 1998. Itu diakui sebagai guncangan paling dahsyat
dan menjadi masa gelap dalam perekonomian nasional. Ada kekhawatiran,
guncangan serupa akan terjadi kembali tahun ini.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Difi Ahmad
Johansyah memaparkan, ada perbedaan gejolak ekonomi di tahun 1998, 2008
dan saat ini.
"Waktu 1998 itu pada waktu pembalikan dana uang asing BI dan
pemerintah tidak punya statistik yang lengkap dari utang luar negeri.
Ternyata banyak utang luar negeri dan itu mentriger kita untuk semakin
panik," tutur Difi di Jakarta, Sabtu (24/8).
Saat itu, kata Difi, Bank Indonesia harus melakukan intervensi
besar-besar. Sebab, nilai tukar Rupiah anjlok dari yang dipatok
pemerintah di angka tertentu.
Sedangkan saat krisis ekonomi kembali menghantam di 2008, ini dikenal
sebagai krisis subprime mortgage di Amerika Serikat. Di mana kredit
perumahan di AS diberikan kepada debitur-debitur yang memiliki
portofolio kredit yang buruk.
"2008, itu subprime di Amerika. Tidak adil juga waktu itu karena
masalahnya di negara lain tapi kita kena imbasnya. Jadi di kita
disebutnya krisis sektor keuangan. Tapi, kondisi perbankan kita sudah
kuat saat itu. 1998 itu PR yang besar peningkatan sektor perbankan.
Secara umum di 2008 selamat. Ada outflow juga. Tapi yang lain kan masih
jalan," jelas Difi.
Saat ini, lanjut Difi, yang terjadi adalah pertumbuhan ekonomi
Indonesia sedang sangat cepat, namun di saat yang sama impor meningkat.
AKibatnya, defisit neraca perdagangan dan neraca berjalan makin lebar
dan tak terkendali.
"Sekarang, ekonomi tumbuh dengan baik. Ekonomi tumbuh dari konsumsi
domestik. Cuma memang pak Darmin bilang, setiap tumbuh 6 persen impor
kita naik," jelas Difi.
Impor yang terus meningkat diiringi dengan ekspor yang melambat, memicu defisit neraca berjalan semakin melebar.
"Maka kita minta pengusaha terutama importir, hati-hati. Pertumbuhan
ekonomi kan naik turun, kita tidak mau saat turun itu hard landing, kita
mau soft landing," imbuh Difi.
Meskipun saat ini ekonomi melambat, Difi meyakini Indonesia masih
sangat eksotik di mata investor. Jebloknya IHSG akan menarik dana asing
kembali masuk ke Indonesia. "Satu hal lagi, Indonesia tetap eksotik. Ini
siklus saja," tutup Difi.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon