Minggu, 25 Agustus 2013

Perekonomian memburuk, pekan berat bagi IHSG

Saham Anjlok.
Pekan ini diakui sebagai pekan yang berat bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Salah satunya karena IHSG tidak dapat meninggalkan zona merahnya. Melirik ke belakang, kondisi yang dialami IHSG saat ini berbeda dengan sebelumnya. Di mana sentimen yang ada tidak sepenuhnya kondusif sehingga pergerakan positif yang diharapkan pasca libur Lebaran tampaknya tidak terjadi.

Analis Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, IHSG memang sempat mengalami penguatan. Namun karena tidak diimbangi dengan positifnya sentimen yang ada, maka hanya dimanfaatkan untuk profit taking.

Bahkan ada pernyataan maupun komentar dari para pejabat yang memperlihatkan seolah-olah kondisi ekonomi Indonesia berada dalam kondisi yang baik. Kondisi itu tidak membuat pasar semakin membaik. Bahkan yang terjadi sebaliknya justru pelaku pasar memperbesar daya jualnya sehingga IHSG pun terpaksa terperosok ke lembah merah.

"Masih adanya imbas pelemahan di bursa saham AS dan kurang kondusifnya sentimen yang ada membuat IHSG memperpanjang pelemahannya. Terutama untuk nilai tukar Rupiah yang terus longsor membuat kondisi makin tidak kondusif dan berimbas pada aksi jual berlebihan dari para investor," ujar Reza kepada merdeka.com, Jakarta, Sabtu (24/8).

Usai pidato presiden terkait RAPBN 2014, paket kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia, pasar tidak bereaksi. Menurut Reza, asumsi-asumsi makro pun dianggap tidak realistis. 
Ditambah lagi dengan makin memerahnya pasar obligasi di mana yield yang diminta terus meningkat.

Di sisi lain, adanya aturan GWM-LDR sebesar 78-92 persen dari sebelumnya 100 persen turut direspon negatif karena dinilai mengurangi likuiditas kredit perbankan.

"Pelaku pasar melihat perekonomian Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan data negatif secara bertahap yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi, lonjakan inflasi, dan peningkatan defisit neraca perdagangan dan neraca berjalan," jelas dia.

Berkaca dari pelemahan IHSG sepanjang pekan ini, level IHSG telah menyamai level pada periode awal September 2012. Aksi profit taking justru kembali terjadi jelang akhir pekan meski adanya instruksi kepada BUMN untuk melakukan buyback saham.

Namun, ini tertutupi pernyataan Presiden SBY yang pesimis akan kondisi ekonomi dan menyatakan berat mencapai pertumbuhan ekonomi 6,3 persen. Dengan begitu, harapan untuk melanjutkan rebound kembali terhalangi.

Sebagai catatan, sepanjang pekan kemarin, asing tercatat melakukan nett sell sebesar Rp 5,72 triliun jauh lebih tinggi dari pekan sebelumnya sebesar Rp1,37 triliun.

IHSG selama sepekan terkoreksi 398,83 poin turun 8,73 persen atau lebih parah dari pekan sebelumnya yang juga turun 72,13 poin atau turun 1,55 persen.

Penurunan ini juga terasa bagi indeks utama lainnya di mana IDX30 memimpin penurunan dengan melemah 9,41 persen diikuti indeks LQ45 dan MBX yang masing-masing turun 9,17 persen dan 8,84 persen.

Laju indeks sektoral mayoritas juga tampak melemah, di mana penguatan hanya terjadi pada indeks pertambangan yang masih berada pada jalur hijau selama 2 pekan berturut-turut dengan kenaikan 5,46 persen.

Sementara pelemahan dipimpin indeks properti, diikuti indeks perdagangan dan keuangan dengan melemah 16,16 persen, 10,22 persen, dan 10,04 persen.

Artikel Terkait

1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon