Pekan ini diakui sebagai pekan yang berat bagi Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Salah satunya karena IHSG tidak dapat meninggalkan zona
merahnya. Melirik ke belakang, kondisi yang dialami IHSG saat ini
berbeda dengan sebelumnya. Di mana sentimen yang ada tidak sepenuhnya
kondusif sehingga pergerakan positif yang diharapkan pasca libur Lebaran
tampaknya tidak terjadi.
Analis Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, IHSG memang
sempat mengalami penguatan. Namun karena tidak diimbangi dengan
positifnya sentimen yang ada, maka hanya dimanfaatkan untuk profit
taking.
Bahkan ada pernyataan maupun komentar dari para pejabat yang
memperlihatkan seolah-olah kondisi ekonomi Indonesia berada dalam
kondisi yang baik. Kondisi itu tidak membuat pasar semakin membaik.
Bahkan yang terjadi sebaliknya justru pelaku pasar memperbesar daya
jualnya sehingga IHSG pun terpaksa terperosok ke lembah merah.
"Masih adanya imbas pelemahan di bursa saham AS dan kurang
kondusifnya sentimen yang ada membuat IHSG memperpanjang pelemahannya.
Terutama untuk nilai tukar Rupiah yang terus longsor membuat kondisi
makin tidak kondusif dan berimbas pada aksi jual berlebihan dari para
investor," ujar Reza kepada merdeka.com, Jakarta, Sabtu (24/8).
Usai pidato presiden terkait RAPBN 2014, paket kebijakan pemerintah
dan Bank Indonesia, pasar tidak bereaksi. Menurut Reza, asumsi-asumsi
makro pun dianggap tidak realistis.
Ditambah lagi dengan makin
memerahnya pasar obligasi di mana yield yang diminta terus meningkat.
Di sisi lain, adanya aturan GWM-LDR sebesar 78-92 persen dari
sebelumnya 100 persen turut direspon negatif karena dinilai mengurangi
likuiditas kredit perbankan.
"Pelaku pasar melihat perekonomian Indonesia akhir-akhir ini
menunjukkan data negatif secara bertahap yang menunjukkan perlambatan
pertumbuhan ekonomi, lonjakan inflasi, dan peningkatan defisit neraca
perdagangan dan neraca berjalan," jelas dia.
Berkaca dari pelemahan IHSG sepanjang pekan ini, level IHSG telah
menyamai level pada periode awal September 2012. Aksi profit taking
justru kembali terjadi jelang akhir pekan meski adanya instruksi kepada
BUMN untuk melakukan buyback saham.
Namun, ini tertutupi pernyataan Presiden SBY
yang pesimis akan kondisi ekonomi dan menyatakan berat mencapai
pertumbuhan ekonomi 6,3 persen. Dengan begitu, harapan untuk melanjutkan
rebound kembali terhalangi.
Sebagai catatan, sepanjang pekan kemarin, asing tercatat melakukan
nett sell sebesar Rp 5,72 triliun jauh lebih tinggi dari pekan
sebelumnya sebesar Rp1,37 triliun.
IHSG selama sepekan terkoreksi 398,83 poin turun 8,73 persen atau
lebih parah dari pekan sebelumnya yang juga turun 72,13 poin atau turun
1,55 persen.
Penurunan ini juga terasa bagi indeks utama lainnya di mana IDX30
memimpin penurunan dengan melemah 9,41 persen diikuti indeks LQ45 dan
MBX yang masing-masing turun 9,17 persen dan 8,84 persen.
Laju indeks sektoral mayoritas juga tampak melemah, di mana penguatan
hanya terjadi pada indeks pertambangan yang masih berada pada jalur
hijau selama 2 pekan berturut-turut dengan kenaikan 5,46 persen.
Sementara pelemahan dipimpin indeks properti, diikuti indeks
perdagangan dan keuangan dengan melemah 16,16 persen, 10,22 persen, dan
10,04 persen.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon