Jam menunjukkan pukul 22.27 WIB. Di ruang Kemitrix, lantai 2, Hotel
Pullman, Jakarta. Sudah menunggu seorang wanita kurus dengan rambut
sebahu, berdiri mematung. Wajahnya putih, sekilas terlihat pucat.
Wanita itu memakai kaos kuning dilapisi setelan kemeja lengan panjang berwarna biru jeans, celana jeans dan sepatu casual.
Tim merdeka.com menghampirinya, dia tampak memperhatikan. Lalu kami satu per satu bersalaman dengannya. "Hai selamat malam, Miss Shoko Tendo," sapa kami.
"Haik," dia membalas dengan membungkukkan badan, tanda hormat. Kami pun membalasnya dengan membungkukkan badan juga.
Sekilas tatonya tersembul di tangannya yang ditutupi kemeja panjangnya.
Ya, dia adalah Shoko Tendo (45), putri dari big boss Yakuza di Jepang. Shoko bagian dari anggota Yakuza yang dibentuk oleh ayahnya.
Tim merdeka.com diberi kesempatan oleh berbincang dengannya. Penulis buku Yakuza Indonesia, Richard Susilo, jadi penerjemah untuk reporter merdeka.com Putri Artika, Benny Silalahi, Baiquni dan fotografer Djoko Poerwanto, Jumat (23/8) malam.
"Ayah saya adalah seorang kepala Yakuza, ibu saya ibu rumah tangga biasa. Ada kakak saya pertama, laki-laki, kakak kedua perempuan, dan adik perempuan," ujar Shoko Tendo mengawali obrolan dengan kami.
Shoko mengatakan dia anak ketiga dari empat bersaudara. Sejak kecil dia dibesarkan di lingkungan Yakuza.
Menurut Shoko, dia menjadi Yakuza karena keinginannya sendiri. Kakaknya tak ada yang mengikuti jejak sang ayah. Ayahnya bahkan tak mau keluarganya masuk ke dunia hitam.
"Kita memang walaupun sebagai anak tidak pernah terlibat dalam hal-hal buruk seperti itu (kekerasan)," ujarnya.
Walau menjadi anak bos Yakuza, tak ada keistimewaan untuk Shoko.
"Saya sendiri sebetulnya tidak merasakan diperlakukan khusus atau bagaimana. Tidak bisa mentang-mentang saat ayah saya menjadi bos Yakuza," bebernya.
Walau begitu di dunia Yakuza, anggota wanita dianggap lebih berpengaruh daripada pria. Apalagi jika wanita itu pasangan seorang pembesar Yakuza. Mereka biasanya tak terlibat langsung aksi kekerasan atau pemerasan, tetapi sebagai 'piaraan' para Yakuza pria.
Dunia Yakuza penuh kekerasan. Seks dan narkoba. Perlahan Shoko mulai menikmati itu semua dan hidup di dalamnya. Shoko sempat terpuruk bahkan diperkosa sesama Yakuza.
Shoko bertahun-tahun menjadi anggota Yakuza. Hingga akhirnya dia muak dan mengakhiri itu semua.
Cita-citanya sekarang adalah menjalani kehidupan normal seperti wanita-wanita lainnya. Salah satunya membesarkan putrinya yang kini telah berusia 7 tahun.
"Saya ingin menjadi manusia biasa, seperti manusia-manusia ibu rumah tangga lainnya dan saya berharap bisa menyekolahkan anak dengan baik dan anak itu bisa sukses menjadi anak yang baik pula," harapnya.
Simak kisah hidup Shoko Tendo dan kerasnya dunia Yakuza di merdeka.com hari ini.
Wanita itu memakai kaos kuning dilapisi setelan kemeja lengan panjang berwarna biru jeans, celana jeans dan sepatu casual.
Tim merdeka.com menghampirinya, dia tampak memperhatikan. Lalu kami satu per satu bersalaman dengannya. "Hai selamat malam, Miss Shoko Tendo," sapa kami.
"Haik," dia membalas dengan membungkukkan badan, tanda hormat. Kami pun membalasnya dengan membungkukkan badan juga.
Sekilas tatonya tersembul di tangannya yang ditutupi kemeja panjangnya.
Ya, dia adalah Shoko Tendo (45), putri dari big boss Yakuza di Jepang. Shoko bagian dari anggota Yakuza yang dibentuk oleh ayahnya.
Tim merdeka.com diberi kesempatan oleh berbincang dengannya. Penulis buku Yakuza Indonesia, Richard Susilo, jadi penerjemah untuk reporter merdeka.com Putri Artika, Benny Silalahi, Baiquni dan fotografer Djoko Poerwanto, Jumat (23/8) malam.
"Ayah saya adalah seorang kepala Yakuza, ibu saya ibu rumah tangga biasa. Ada kakak saya pertama, laki-laki, kakak kedua perempuan, dan adik perempuan," ujar Shoko Tendo mengawali obrolan dengan kami.
Shoko mengatakan dia anak ketiga dari empat bersaudara. Sejak kecil dia dibesarkan di lingkungan Yakuza.
Menurut Shoko, dia menjadi Yakuza karena keinginannya sendiri. Kakaknya tak ada yang mengikuti jejak sang ayah. Ayahnya bahkan tak mau keluarganya masuk ke dunia hitam.
"Kita memang walaupun sebagai anak tidak pernah terlibat dalam hal-hal buruk seperti itu (kekerasan)," ujarnya.
Walau menjadi anak bos Yakuza, tak ada keistimewaan untuk Shoko.
"Saya sendiri sebetulnya tidak merasakan diperlakukan khusus atau bagaimana. Tidak bisa mentang-mentang saat ayah saya menjadi bos Yakuza," bebernya.
Walau begitu di dunia Yakuza, anggota wanita dianggap lebih berpengaruh daripada pria. Apalagi jika wanita itu pasangan seorang pembesar Yakuza. Mereka biasanya tak terlibat langsung aksi kekerasan atau pemerasan, tetapi sebagai 'piaraan' para Yakuza pria.
Dunia Yakuza penuh kekerasan. Seks dan narkoba. Perlahan Shoko mulai menikmati itu semua dan hidup di dalamnya. Shoko sempat terpuruk bahkan diperkosa sesama Yakuza.
Shoko bertahun-tahun menjadi anggota Yakuza. Hingga akhirnya dia muak dan mengakhiri itu semua.
Cita-citanya sekarang adalah menjalani kehidupan normal seperti wanita-wanita lainnya. Salah satunya membesarkan putrinya yang kini telah berusia 7 tahun.
"Saya ingin menjadi manusia biasa, seperti manusia-manusia ibu rumah tangga lainnya dan saya berharap bisa menyekolahkan anak dengan baik dan anak itu bisa sukses menjadi anak yang baik pula," harapnya.
Simak kisah hidup Shoko Tendo dan kerasnya dunia Yakuza di merdeka.com hari ini.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon