Melemahnya nilai tukar Rupiah saat ini cukup dirasakan oleh
Pertamina. Salah satu alasannya karena harus tetap melakukan impor
minyak di mana pembayarannya menggunakan dolar AS.
Menteri BUMN Dahlan Iskan
menyebut Pertamina adalah institusi terbesar yang menggunakan dolar di
dalam negeri. Pertamina menggunakan seperempat dari kebutuhan
keseluruhan dolar di Indonesia.
Untuk menyelamatkan Pertamina, Dahlan meminta kepada perusahaan pelat
merah ini untuk mempelajari kemungkinan menerapkan hedging atau lindung
nilai. Selama ini Pertamina tidak menerapkan sistem ini karena takut
akan disangka 'main-main'.
"Pertamina tidak bisa seperti swasta di mana beli sekarang barang
diterima tapi bayarnya 3-6 bulan lagi dengan dolar yang dipatok. Swasta
bisa begitu, itu namanya hedging atau nilai lindung kurs," ucap Dahlan
di Purwokerto, Jawa Tengah, Jumat (23/8) malam.
Dahlan mengakui, dengan menggunakan sistem hedging ada kemungkinan
terjadi kerugian ketika dolar sedang melemah dan Rupiah menguat. Namun
kondisi ini sangat jarang terjadi.
"Ini kadang untung dan kadang rugi walaupun banyak untung. Kalau dia
hedging 10 kali, itu 9 kali untung aman tidak terpengaruh, tapi rugi
sekali itu rugi. Kalau Pertamina nanti rugi sekali ini, ruginya ini bisa
dianggap kerugian negara dan diperiksa kejaksaan," kata Dahlan.
Bayangan kerugian ini yang membuat Pertamina takut menerapkan sistem
hedging saat ini. "Sembilan kali untung tidak jadi masalah, dan satu
kali rugi jadi masalah. Negara sebenarnya membutuhkan ini karena
Pertamina membutuhkan seperempat keperluan negara," tutupnya.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon