Bank Indonesia mendapati indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi
pada Juli 2013 melonjak tinggi, melebihi perkiraan BI. Inflasi IHK
berdasarkan data BPS mencapai 3,29 persen (mtm) atau 8,61 persen (yoy).
Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs mengatakan, tingginya
tekanan inflasi terutama disebabkan oleh gangguan pasokan sejumlah
komoditas pangan seperti bawang merah, cabe, daging ayam dan daging
sapi, di tengah kenaikan permintaan musiman Ramadhan.
"Hal ini menyebabkan inflasi bulanan kelompok volatile food meningkat
hampir tiga kali di atas perkiraan sebelumnya, sehingga mencapai 6,07
persen (mtm) atau 16,12 persen (yoy)," kata Peter dalam berita tertulis
yang diterima merdeka.com, Kamis (1/8).
Untuk dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap harga bensin dan
solar serta tarif angkutan sudah mencapai puncaknya di bulan Juli dan
menyumbang hampir separuh dari realisasi inflasi IHK.
"Dengan perkembangan tersebut, inflasi administered price mencapai 7,90 persen (mtm) atau 15,10 persen (yoy)," imbuhnya.
Sementara itu, inflasi inti masih relatif terjaga meskipun meningkat
mencapai 0,99 persen (mtm) atau 4,44 persen (yoy), didukung oleh harga
komoditas global yang menurun dan permintaan yang terkendali.
Ke depan, inflasi diperkirakan akan mereda dan kembali pada pola
normalnya. Inflasi IHK diperkirakan akan turun ke sekitar 0,9 persen
(mtm) pada Agustus dan sekitar 0,1 persen (mtm) pada September 2013.
"Penurunan inflasi didorong pengaruh positif kebijakan pemerintah
untuk mempercepat dan menambah kuota impor daging sapi dan menambah
pintu masuk impor bawang merah melalui Jawa," jelas Peter.
Selain itu, penurunan inflasi juga dipengaruhi oleh meredanya dampak
kenaikan harga BBM dan kembali normalnya permintaan setelah Lebaran.
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama
Pemerintah baik di tingkat Pusat dan Daerah dengan fokus pada upaya
menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi bahan pangan.
Dengan berbagai langkah tersebut, inflasi IHK akan dapat dijaga dan
secara bertahap terus menurun mencapai kisaran sasaran inflasi sebesar
4,5 persen 1 persen pada tahun 2014.
Sementara itu, realisasi neraca perdagangan Indonesia bulan Juni 2013
secara umum masih searah dengan prakiraan Bank Indonesia. Berdasarkan
rilis BPS hari ini, defisit neraca perdagangan tercatat USD 0,8 miliar,
lebih besar daripada defisit di bulan Mei 2013 sebesar USD 0,5 miliar.
Peningkatan defisit dipengaruhi oleh lebih besarnya penurunan ekspor
dibandingkan penurunan impor.
Pertumbuhan ekspor secara bulanan terkontraksi sebesar 8,6 persen
(mtm), sedangkan pertumbuhan impor terkontraksi lebih rendah sebesar 6,4
persen (mtm). Penurunan ekspor dipengaruhi pertumbuhan ekonomi global
dan harga komoditas ekspor yang belum kuat, terutama pada ekspor
kelompok barang tambang (batubara, tembaga, dan nikel).
Sementara itu, penurunan impor khususnya terjadi pada kelompok bahan
baku dan barang modal, tidak terlepas dari pengaruh tren perlambatan
permintaan domestik dan permintaan ekspor.
1. Silahkan masukkan komentar
2. Berkomentar dengan kata-kata yang santun
3. Jangan menggunakan kata-kata kotor
4. Jika anda tidak suka dengan yang kami sajikan, lebih baik jangan di baca
5. Tinggalkan link web/blog anda agar admin bisa visit back
6. Jadilah pengunjung yang baik
7. Kami hanya memberikan informasi dari sumber-sumber yang bisa admin percaya.
8. Maaf jika ada salah satu artikel tidak ada sumbernya.
EmoticonEmoticon